Manusia adalah makhluk hidup yang
diberikan berbagai potensi oleh Tuhan, setidaknya manusia diberikan panca
indera dalam hidupnya. Namun tentu saja potensi yang dimilikinya harus
digunakan semaksimal mungkin sebagai bekal dalam menjalani hidupnya. Untuk
memaksimalkan semua potensi yang dimiliki oleh kita sebagai manusia, tentunya
harus ada sesuatu yang mengarahkan dan membimbingnya, supaya berjalan dan
terarah sesuai dengan apa yang diharapkan. Mengingat begitu besar dan berharganya
potensi yang dimiliki manusia, maka manusia harus dibekali dengan pendidikan
yang cukup sejak dini. Dilain pihak manusia juga memiliki kemampuan dan
diberikan akal pikiran yang berbeda dengan makhluk yang lain. Sedangkan
pendidikan itu adalah usaha yang disengaja dan terencana untuk membantu
perkembangan potensi dan kemampuan manusia.
Secara sosiologi pendidikan adalah sebuah
warisan budaya dari generasi kegenerasi, agar kehidupan masyarakat
berkelanjutan, dan identitas masyarakat itu tetap terpelihara. Sosial budaya
merupakan bagian hidup manusia yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari,
dan hampir setiap kegiatan manusia tidak terlepas dari unsur sosial
budaya.
Salah satu akar pendidikan yaitu
kebudayaan setempat. Untuk itu penulis mengadakan studi tentang budaya yang ada
di Desa Baluk Kecamatan Karangrejo Kabupaten Magetan dengan menelusuri sebuah
dusun kecil dan unik yaitu dusun serut tetapi dikenal dengan magersari.
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah
bagaimana keterkaitan kebudayaan terhadap pendidikan pada tradisi yang ada di
Desa Baluk Kecamatan Karangrejo Kabupaten Magetan?
Untuk mengetahui keterkaitan kebudayaan
terhadap pendidikan pada tradisi yang ada di Desa Baluk Kecamatan Karangrejo
Kabupaten Magetan.
A. Sejarah Budaya Magersari
Magersari adalah sebuah dusun yang ada di Desa Baluk
Kecamatan Karangrejo Kabupaten Magetan. Magersari merupakan sebuah tempat
dimana menjadi pusat terbentuknya tradisi yang ada di Desa Baluk. Banyak
tradisi yang tercipta di sana yang masih berkembang sampai zaman sekarang
ini.
Desa Baluk sendiri adalah desa perbatasan terletak di
perbatasan Ngawi Magetan yang berada dekat di jalur utama Ngawi-Magetan. Adapun
perbatasan wilayahnya adalah sebagai berikut :
• Utara : sungai Keras Wetan
• Barat : Desa Keras Kulon
• Timur : Jalan Raya Ngawi-Magetan
Desa Baluk adalah desa terpencil akan tetapi berkembang
dengan pesat. Itu terbukti dengan adanya sekolah-sekolah seperti MIN, MTsN, MA
dan Perguruan Tinggi. Berkembangnya daerah ini tak lain karena pengaruh tradisi
dan budaya yang ada di daerah setempat yang etrus dikembangkan oleh masyarakat.
Desa Baluk juga terkenal dengan sebutan desa agamis yang
sampai saat ini masih melekat di desa tersebut. Sebutan itu diberikan karena di
Desa baluk sendiri banyak sekolah-sekolah Islam yang berdiri, selain itu banyak
mushola ataupun masjid yang masih menjaga eksistensinya yaitu dengan masih ada
pengajaran-pengajaran tentang islam.
Magersari adalah salah satu dusun yang
ada di Desa Baluk Kecamatan Karangrejo Kabupaten Magetan. Walaupun hanya dusun
kecil tetapi dari sinilah muncul budaya-budaya yang tumbuh dan berkembang di
desa setempat hingga era modern kini.
Magersari merupakan tanah perdikan. Tanah
perdikan adalah tanah yang pada masa dahulu yang diberikan tanpa pungutan pajak
tanah bagi pemiliknya. Tanah perdikan magersari itu sendiri dulunya adalah
milik Singo Menggolo atau terkenal dengan nama Damar Wulan. Singo menggolo
adalah pendiri atau pelopor berdirinya Desa Baluk.
Singo Menggolo membuka sebuah sayembara
untuk dinikahkan dengan seorang putri keturunannya. Selain itu siapa yang
menjadi menantunya akan diberikan tanah perdikan yang luasnya sekitar 5-10
hekar. Barang siapa yang akan menjadi menantunya haruslah orang yang
pandai, berwawasan agama dan jelas nasabnya.
Hingga suatu ketika datanglah seorang
pandai dan ahli agama yang bernama Hasan Ilyas. Beliau selain pandai dan ahli
agama juga jelas nasabnya sehingga berhasil meninang keturunan Singo Menggolo.
Selain itu Hasan Ilyas juga diberikan tanah perdikan itu yang kemudian diberi
nama Serut Magersari.
Hasan Ilyas merupakan seorang yang
intelektualnya tinggi dan juga seorang pendakwah Islam. Tahun 1927 beliau
mendirikan sebuah masjid di magersari yang bernama Masjid Roudotul Huda yang
digunakan sebagai langkah awal untuk menyebarkan agama Islam di Desa Baluk.
Kemuadian dilanjutkan dengan mendirikan pondok pesantren, yang dimana pada
masanya memiliki banyak santri hingga luar wilayah Magetan. Pondok pesantren
yang ada di Magersari pada saat itu merupakan cabang dari pondok pesantren
(ponpes) Al Fatah Temboro yang memiliki ribuan santri. Akan tetapi ponpes
magersari untuk beberapa waktu lalu mengalami kemunduran hingga tidak lagi
berfungsi. Akan tetapi pada saat ini keturunan dari K.H. Hasan Ilyas kembali
meneruskan perjuangannya dengan dibangun kembali ponpes yang sekarang masih
dalam tahap pembangunan.
Ajaran-ajaran tentang islam masih kental
maskipun K.H. Hasan Ilyas sudah meninggal dunia. Beliau membawa pengaruh bagi
masyarakat magersari sendiri dan Desa Baluk. Selain itu ada tradisi yang ada
dan berkembang di dalamnya yang akan dibahas pada sub bab berikutnya.
3. Tradisi dan Budaya Daerah Setempat
Berikut adalah tradisi dan budaya yang
ada dan berkembang di masyarakat :
Gembrungan adalah melafalkan sholawat dan lagu-lagu islami
yang diiringi dengan rebana. Gembrungan biasanya digunakan untuk mengumpulkan
masyarakat di masjid, di situ masyarakat diberi ceramah tentang agama.
Jedoran yaitu alunan musik tradisional yang mengiringi
temanten.
3. Ziarah makan K.H. Hasan Ilyas
Ziarah makam K.H. hasan ilyas merupakan acara rutin yang
dilakukan di Magersari setiap tahun tepatnya pada tanggal 3 Syawal.
Haul adalah memperingati hari meninggalnya seseorang. Ini
merupakan acara lanjutan dari ziarah makam. Acara Haul ini biasanya diisi
dengan pengajian umum gratis dan hiburan musik-musik islam.
Nyadran sendiri biasa dikenal dengan bersih desa. Berbeda
dengan daerah lain. Biasanya di daerah lain diperingati dengan alunan musik
tradisional atau dengan tari-tarian sedangkan nyadran mengadakan sima’an.
Sima’an yaitu menyimak dan menbaca Al Qur’an di masjid. Hal ini dilakukan
supaya tidak menjadi syirik
Selain tradisi dan budaya yang berkembang
di masyarakat juga diikuti dengan berbagai mitos yang berkembang di masyarakat.
Mitos-mitos tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pedayangan. Pedayangan sendiri menurut
cerita yaitu munculnya macan putih akibat dari adanya pertengkaran yang terjadi
antara sesama keturunan K.H. Hasan Ilyas ataupun terjadi hal-hal yang tak
diinginkan di magersari. Itu merupakan peringatan bagi keturunannya untuk tetap
hidup rukun antara sesam, untuk bisa bertindak arif dan bijaksana.
2. Berkembangnya mitos, apabila ada
peralatan musik atau soundsystem yang digunakan untuk berpesta dia acara
pernikahan dan melewati desa magersari, menurut masyarakat setempat peralatan
musik tersebut akan mengalami gangguan. Karena menurut penduduk setempat, itu
bukan merupakan buadaya magersari.
B. Landasan Sosial Budaya terhadap
Pendidikan
1. Kebudayaan dan Pendidikan
Kebudayaan menurut Taylor adalah
totalitas yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum,
moral, adat, dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh
orang sebagai anggota masyarakat (Imran Manan, 1989). Kebudayaan produk
perseorangan ini tidak disetujui Hasan (1983) dengan mengemukakan kebudayaan
adalah keseluruhan dari hasil manusia hidup bermasyarakat berisi aksi-aksi
terhadap dan oleh sesama manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan
kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain-lain.
Sedangkan Kneller mengatakan kebudayaan adalah cara hidup yang telah
dikembangkan oleh anggota-anggota masyarakat.
Dari ketiga devinisi kebudayaan diatas,
tampaknya devinisi terakhir yang paling tepat, sebab mencakup semua cara hidup
ditambah dengan kehidupan manusia yang diciptakan oleh manuasia itu sendiri
sebagai warga masyarakat (Made Pidarta, 1997 : 157).
Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat
hubungan yang sangat erat dalam arti keduanya berkenaan dengan suatu hal yang
sama yaitu nilai-nilai. Pendidikan membuat orang berbudaya, pendidikan dan
budaya bersama dan memajukan. Makin banyak orang menerima pendidikan makin
berbudaya orang itu dan makin tinggi kebudayaan makin tinggipula pendidikan
atau cara mendidiknya. Karena ruang lingkup kebudayaan sangat luas, mencakup
segala aspek kehidupan manusia, maka pendidikan sebagai salah satu aspek
kehidupan dalam kebudayaan. Pendidikan yang terlepas dari kebudayaan akan
menyebabkan alienasi dari subjek yang dididik dan seterusnya kemungkinan
matinya kebudayaan itu sendiri. Oleh karena itu kebudayaan umum harus diajarkan
pada semua sekolah. Sedangkan kebudayaan daerah dapat dikaitkan dengan
kurikulum muatan lokal, dan kebudayaan populer juga diajarkan dengan proporsi
yang kecil.
Dengan demikian dapat kita simpulkan
bahwa pendidikan adalah bagian dari kebudayaan. Bila kebudayaan berubah maka
pendidikan juga bisa berubah dan bila pendidikan berubah akan dapat mengubah
kebudayaan. Pendidikan adalah suatu proses membuat orang kemasukan budaya,
membuat orang berprilaku mengikuti budaya yang memasuki dirinya. Sekolah
sebagai salah satu dari tempat enkulturasi suatu budaya sesungguhnya merupakan
bahan masukan bagi anak dalam mengembangkan dirinya.
2. Keterkaitan Budaya Setempat dengan
Pendidikan
Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat
hubungan yang sangat erat dalam arti keduanya berkenaan dengan suatu hal yang
sama yakni nilai-nilai. Dalam konteks kebudayaan, pendidikan memainkan peranan
sebagai agen pengajaran nilai-nilai budaya. Bahwa pada dasarnya pendidikan yang
berlangsung adalah suatu proses pembentukan kualitas manusia sesuai dengan
kodrat budaya yang dimiliki.
Budaya-budaya yang terlahir dan
berkembang di Megarsari dan di Desa Baluk sendiri mengajarkan dan mendidik
masyarakat setempat dengan nilai-nilai keagamaan. Nilai-nilai relegius ini yang
selalu dipertahankan masyarakat agar anak keturunan tetap berada di jalan Allah
SWT. Selain itu juga mengajarkan juga tentang kerukunan yang harus dilakukan
setiap manusia. Selain itu juga falsafah-falsafah yang mengajarkan akan
pentingnya bertindak arif dan bijaksana.
Kebudayaan adalah keseluruhan dari hasil
manusia hidup bermasyarakat berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama manusia
sebagai anggota masyarakat yang merupakan kepandaian, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat, dan lain-lain.
Magersari adalah salah satu dusun yang
ada di Desa Baluk Kecamatan Karangrejo Kabupaten Magetan. Walaupun hanya dusun
kecil tetapi dari sinilah muncul budaya-budaya yang tumbuh dan berkembang di
desa setempat hingga era modern kini.
Berbagai tradisi-tradisi berkembang di
Magersari seperti nyadran, jedoran, gembrungan, acara rutin haul dll, itu semua
tak lepas dari adat istiadat dan kepercayaan setempat yang menghasilkan
pembelajaran bagi masyarakatnya. Pengajaran merupakan bagian dari pendidikan
sehingga dapat disimpulkan bahwasanya pendidikan berakar dari kebudayaan.
Rifai, Moh dkk. Landasan Dasar Kependidikan Pendidikan Guru
Sekolah Dasar. 2011. Madiun.
Anonim. Buku Silsilah Eyang K.H. Hasan Ilyas. 2007. Magetan.
http://sosbud.kompasiana.com/2011/03/29/landasan-sosial-budaya-terhadap-pendidikan/
[online] diakses tanggal 29 Desember 2011.